Berita Terbaru

Kruw KM Jungge-Mbojo

KOORDINATOR/MOTIVATOR: HM. Nasir Ali TATA LETAK: Joe Ningrat, KOORDINATOR LIPUTAN: Nas Andika, UNIT USAHA: Wukufatul Arafah, PENULIS/KONTRIBUTOR: Wukufatul, HM. Nasir, Awalul Khair, Shafiratul Islamiah,Abdul Hamid, Jufrin, KAMERAMEN: Nas Andika, STAFT IT: Irank Scripter, KONSULTAN/PEMBINA: Camat Wawo, Dishubkominfo Kabupaten Bima, Dishubkominfo Provinsi NTB

Senin, 22 Februari 2016

Mahasiswa IAIN Mataram Diarahkan Soal MEA

Saat menyampaikan materi (foto Mifran)
Ada yang menarik dari kuliah umum (Stadium General) yang digelar Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Kampus I IAIN Mataram, Jumat (19/2). Kuliah yang bertajuk ‘Peran Alumni Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)’  itu disampaikan alumnus IAIN Mataram, Dr Kaharuddin Sulaiman, SAg, MHum. Pria asal Kelurahan Dodu Kota Bima itu  kini sebagai Deputi Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Kantor Wakil Presiden RI.



Dosen IAIN Mataram, Mifran, MPd, mengatakan kuliah umum yang berdurasi sekitar tiga jam itu mampu menggugah kesadaran mahasiswa IAIN Mataram mengenai  perlunya kesiapan menghadapi persaingan usaha antar-negara di Asia dan dunia. Tidak hanya itu, penyajian materi lugas dan menarik, sehingga dahaga keilmuan ratusan mahasiswa terpuaskan. Yaitu dari  aspek kesiapan mental dan wawasan, maupun kesiapan modal dan lapangan usaha/bisnis.



“Otak kita harus berpikir cerdas dan cepat, karena saat ini pebisnis asing sedang gencar-gencarnya mencari lokasi bisnis yang tepat di Negara kita,” ujarnya via whatsApp, Senin (22/2).


Bersama keluarga dan dosen IAIN Mataram

Apalagi, katanya, pengusaha buah-buahan sudah mulai berani berjualan di negara ini, bahkan dokter dan pendidik dari luar negeri mulai berani menggelar praktik dan mengajar sekaligus membangun lembaga pendidikan di negeri yang berpenduduk sekitar 200 juta lebih ini.


Alumnus Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Tahun 2000 ini menganggap penting bagi   mahasiswa mengetahui dan memahami dampak dari MEA, sehingga mahasiswa memahami apa saja yang perlu disiapkan sejak dini, hingga MEA benar-benar terasa keberadaannya di negeri sendiri khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).



Dia mengingatkan, pebisnis asing datang dari berbagai negara  di Asia. Tidak hanya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang serumpun bahasanya dan masih dapat dipahami, akan tetapi mereka juga datang dari berbagai negara yang menggunakan bahasa Arab, Mandarin, Inggris, Belanda, bahkan mungkin mereka akan berbahasa Perancis, Spanyol, dan lainnya.



“Oleh karena itu, bagaimana kita dapat memahami bahasa mereka, paling tidak kita dapat memahami satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris,” katanya.



Kuliah umum itu  dimulai  pukul 08.30 hingga pukul 11.45 WITA,  berlangsung dialogis dan penuh antusias. Hal ini sangat terlihat pada kondisi aula yang dipenuhi  mahasiswa dari awal hingga akhir acara. Selain itu, memberikan kesempatan kepada mahasiswa  berdialog. Delapan mahasiswa diberi kesempatan untuk menanyakan berbagai hal yang masih mengusik kegelisahan dan kekuatiran mereka dengan kehadiran MEA di negeri ini.



Tiga poin penting yang  diutarakan merupakan respons dari pertanyaan para mahasiswa. Yakni perlunya penguatan ilmu sebagai dasar pemahaman dalam mengimbangi saingan bisnis asing. Selain itu, mahasiswa harus banyak belajar bahasa asing sebagai alat komunikasi sekaligus memanfaatkan sumberdaya alam   dan menemukan inovasi-inovasi terbaru agar produk dalam negeri lebih diminati ketimbang produk-produk asing.



Mendengar paparan itu, mahasiswa merasa memiliki persiapan  menghadapi MEA. Menghadapi MEA tidak hanya menyiapkan modal untuk membeli produk-produk asing, melainkan juga perlu persiapan diri terhadap   segala sumberdaya agar dapat menjadi pelaku usaha yang akan bersaing dengan pebisnis asing.

 
Keluarga besar Kelurahan Dodu (MF)

Seperti ditegaskan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Syari’ah, Mustajam. Katanya,  Stadium General ini sangat bermanfaat. Selama ini sering mendengar istilah MEA, tetapi tidak pernah paham bagaimana pengaruh MEA terhadap kondisi ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat ke depan.



Antusiasme mahasiswa dalam menghadapi MEA tidak hanya ditunjukkan dalam berbagai produk yang telah dipersiapkan agar dapat menjadi pelaku usaha, tetapi bagaimana mereka memahami MEA dan dampaknya dalam kehidupan sosial ke depan. (Mifran/Arafah)


 
Copyright © 2014 KM JUNGGE MBOJO
| B-11
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube