Saat menyampaikan materi (foto Mifran) |
Ada yang menarik dari
kuliah umum (Stadium General) yang digelar Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Kampus I IAIN Mataram, Jumat (19/2). Kuliah yang bertajuk ‘Peran Alumni
Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)’ itu disampaikan alumnus IAIN Mataram, Dr Kaharuddin Sulaiman, SAg,
MHum. Pria asal Kelurahan Dodu
Kota Bima itu kini sebagai Deputi Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia
dan Pemerataan Pembangunan Kantor Wakil Presiden RI.
Dosen IAIN Mataram, Mifran,
MPd, mengatakan kuliah umum yang berdurasi sekitar tiga jam itu mampu menggugah
kesadaran mahasiswa IAIN Mataram mengenai perlunya kesiapan menghadapi
persaingan usaha antar-negara di Asia dan dunia. Tidak hanya itu, penyajian
materi lugas dan menarik, sehingga dahaga keilmuan ratusan mahasiswa
terpuaskan. Yaitu dari aspek kesiapan mental dan wawasan, maupun kesiapan
modal dan lapangan usaha/bisnis.
“Otak kita harus berpikir
cerdas dan cepat, karena saat ini pebisnis asing sedang gencar-gencarnya
mencari lokasi bisnis yang tepat di Negara kita,” ujarnya via whatsApp, Senin
(22/2).
Bersama keluarga dan dosen IAIN Mataram |
Apalagi, katanya,
pengusaha buah-buahan sudah mulai berani berjualan di negara ini, bahkan dokter
dan pendidik dari luar negeri mulai berani menggelar praktik dan mengajar
sekaligus membangun lembaga pendidikan di negeri yang berpenduduk sekitar 200
juta lebih ini.
Alumnus Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Tahun 2000 ini menganggap penting bagi
mahasiswa mengetahui dan memahami dampak dari MEA, sehingga
mahasiswa memahami apa saja yang perlu disiapkan sejak dini, hingga MEA
benar-benar terasa keberadaannya di negeri sendiri khususnya di Nusa Tenggara
Barat (NTB).
Dia mengingatkan, pebisnis
asing datang dari berbagai negara di Asia. Tidak hanya dari negara
tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang serumpun bahasanya dan
masih dapat dipahami, akan tetapi mereka juga datang dari berbagai negara yang
menggunakan bahasa Arab, Mandarin, Inggris, Belanda, bahkan mungkin mereka akan
berbahasa Perancis, Spanyol, dan lainnya.
“Oleh karena itu, bagaimana
kita dapat memahami bahasa mereka, paling tidak kita dapat memahami satu bahasa
saja yaitu bahasa Inggris,” katanya.
Kuliah umum itu
dimulai pukul 08.30 hingga pukul 11.45 WITA, berlangsung dialogis
dan penuh antusias. Hal ini sangat terlihat pada kondisi aula yang dipenuhi
mahasiswa dari awal hingga akhir acara. Selain itu, memberikan kesempatan
kepada mahasiswa berdialog. Delapan mahasiswa diberi kesempatan untuk
menanyakan berbagai hal yang masih mengusik kegelisahan dan kekuatiran mereka
dengan kehadiran MEA di negeri ini.
Tiga poin penting yang
diutarakan merupakan respons dari pertanyaan para mahasiswa. Yakni
perlunya penguatan ilmu sebagai dasar pemahaman dalam mengimbangi saingan
bisnis asing. Selain itu, mahasiswa harus banyak belajar bahasa asing sebagai
alat komunikasi sekaligus memanfaatkan sumberdaya alam dan menemukan
inovasi-inovasi terbaru agar produk dalam negeri lebih diminati ketimbang
produk-produk asing.
Mendengar paparan itu,
mahasiswa merasa memiliki persiapan menghadapi MEA. Menghadapi MEA tidak
hanya menyiapkan modal untuk membeli produk-produk asing, melainkan juga perlu
persiapan diri terhadap segala sumberdaya agar dapat menjadi pelaku
usaha yang akan bersaing dengan pebisnis asing.
Seperti ditegaskan oleh
salah satu mahasiswa Fakultas Syari’ah, Mustajam. Katanya, Stadium
General ini sangat bermanfaat. Selama ini sering mendengar istilah MEA, tetapi
tidak pernah paham bagaimana pengaruh MEA terhadap kondisi ekonomi dan
kehidupan sosial masyarakat ke depan.
Antusiasme mahasiswa dalam
menghadapi MEA tidak hanya ditunjukkan dalam berbagai produk yang telah dipersiapkan
agar dapat menjadi pelaku usaha, tetapi bagaimana mereka memahami MEA dan
dampaknya dalam kehidupan sosial ke depan. (Mifran/Arafah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar