Beberapa model akcesoris Jungge Mbojo yang digunakan saat prosesi pernikahan (Dok. Wukuf) |
Satu kesyukuran
kami saat gelar acara Temu Kreatif Antar Komunitas Kampung Media, 22 April 2014
di SMPN 3 Kecamatan Woha, Kampung Media ini termasuk 20 KM baru yang diakomodir
oleh Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Bima, Muhaimin, SH dan Koordinator
Kampung Media NTB, H Fairuz Abadi, SH,
MH.
Jungge Mbojo itulah sebuah nama yang
dipilih. Kenapa? Karena keindahan kembang buatan yang disebut Jungge Mbojo oleh
etnis Bima-Dompu memberikan warna-warni bagi kehidupan masyarakat, terutama
penulis dan pengelola KM ini. Jungge Mbojo juga akan eksis sebagai media tulis
bagi siapapun yang ingin mampir di areal online sederhana ini, sebagai salah
satu media pembelajaran bagi siapapun untuk mengubah kebiasaan bertutur menjadi
terbiasa menulis. Artinya, sebagai jurnalis warga penulis dan pengelola mulai
unjuk gigi menjaga stamina agar senantiasa menempatkan diri menggoreskan
penanya menuliskan segala sesuatu yang didengar, dilihat, dan dialami setiap saat
yang kita lalui. Kata orang bijak aqad yang baik adalah dengan menulis karena
kapanpun tulisan itu dapat dilihat dan dibaca kembali.
Tidak hanya itu, KM Jungge Mbojo
merupakan cermin kecerdasan dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada di
sekitar, lalu menuliskannya dalam sebuah kalimat yang indah. Seperti dalam
tajuk Kampung Media NTB sampaikan informasi walaupun hanya satu kalimat. Tentu
saja untuk menjadi jurnalis warga tidaklah mudah, tetapi dengan terus berlatih
dan membiasakan menulis akan lebih baik dibandingan dengan kebiasaan kita yang
banyak bicara.
Budaya tulis melalui melalui media
online merupakan tindakan positif sebagai pembelajaran. Media ini akan mengasah
kemampuan jurnalisme warga sebagai penguatan bagi media informasi, komunikasi,
dan teknologi di Provinsi NTB. Ini khas loh, semoga berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar