Berita Terbaru

Kruw KM Jungge-Mbojo

KOORDINATOR/MOTIVATOR: HM. Nasir Ali TATA LETAK: Joe Ningrat, KOORDINATOR LIPUTAN: Nas Andika, UNIT USAHA: Wukufatul Arafah, PENULIS/KONTRIBUTOR: Wukufatul, HM. Nasir, Awalul Khair, Shafiratul Islamiah,Abdul Hamid, Jufrin, KAMERAMEN: Nas Andika, STAFT IT: Irank Scripter, KONSULTAN/PEMBINA: Camat Wawo, Dishubkominfo Kabupaten Bima, Dishubkominfo Provinsi NTB

Minggu, 24 Mei 2015

TOT Mediasi Konflik untuk Aktor Pendamai Digelar


Pembimbing TOT saat mengidentifikasi potensi dari peserta (Nasir)
JUNGGE MBOJO; Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdatul Ulama (LAKPESDAM-NU) fase II PNPM Peduli Kabupaten Bima, Sabtu (23/5), menggelar Training Of Traines (TOT) pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian di Hotel La Ila Kota Bima. Kegiatan yang berlangsung 23-24 Mei itu dibuka oleh Bupati Bima yang diwakili Asisten I, Drs H Abdul Wahab.

Kegiatan yang dipandu Nunung Andriani, M.Hum, dihadiri Ketua DPRD Kabupaten Bima, Murni Suciati, Ketua PC NU Kabupaten Bima, Drs H Nurdin Abdullah, perwakilan dari Desa Oi Bura dan utusan dari Kecamatan Tambora, juga dihadiri FKUB, perwakilan kampus, aktivis pro inklusi, SKPD, organisasi pemuda, dan perwakilan media.

Manager program PNPM Peduli Phase II LAKPESDAM NU Kabupaten Bima, Damhuji, M.Pd, MA, mengatakan, PNPM peduli fase II merupakan kelanjutan dari program fase I yang diluncurkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Program itu merupakan kerjasama Kementerian SDM dengan The Asian Fondation (TAF) di mana PC Lakpesdam NU kembali dipercaya menjadi salah satu organisasi pelaksana program. Program tersebut, katanya, telah berlangsung sejak bulan November 2014 hingga Oktober 2015 dengan lokasi Desa Oi Bura Kecamatan Tambora. Terutama program yang berkaitan dengan penguatan kapasitas kader damai di Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima. Mereka yang dilatih ini akan menjadi fasilitator.

Peserta sedang bahas konflik pada diskusi kelompok
 Sebelumnya, beberapa rangkaian kegiatan telah dilakukan, seperti survey lapangan, penelitian bertemu dengan beberapa actor membahas mengenai Tambora yang rawan konflik, meski warga Tambora itu sendiri rukun, aman dan damai saja. Program PNPM Peduli fase II, katanya, lebih spesifik pada isu inklusi sosial dengan sasaran program kelompok minoriitas agama dan keyakinan yang mengalami diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang berbasis agama.

Selain itu, menjadi konsen kerja Lakpesdam NU atas pilihan isu dalam rangka memberikan kemudahan bagi Lakpesdam NU Kabupaten Bima untuk melakukan advokasi langsung kepada masyarakat yang ekslusi, plural, dan rawan konflik. “Karena itu pada kegiatan fase II ini kami melakukan TOT pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian,” ujarnya saat pembukaan latihan, Sabtu. Dengan penguatan kapasitas kader ini konflik di Kecamatan Tambora dapat dideteksi lebih dini dan warga mampu menyelesaikan persoalan dengan kekeluargaan. Diibaratkan Kecamatan Tambora, adalah miniature Indonesia karena berbagai agama, suku, dan budaya ada di sana.

 Asisten I Setda Kabupaten Bima, Drs H Abdul Wahab, mengatakan, Kabupaten Bima adalah daerah majemuk, artinya, masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan. Perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat diselesaikan jika semua elemen memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lain. Dengan adanya perbedaan tersebu seringkali menimbulkan gesekan sosial oleh adanya kepentingan masyarakat.

Masalah konflik di Kabupaten Bima, katanya, merupakan fenomena yang tidak asing lagi dan menyita perhatian public. Apalagi wujud konflik itu mengarah pada suatu kekerasan social. Oleh karena itu, persoalan konflik harys dipahami sebagai sesuatu yang alamiah. Namun, hal itu perlu dikelola agar tidak menimbulkan kekerasan yang cenderung menyebabkan timbulnya korban jiwa dan kerugian material yang terjadi pasca konflik.

“Kita harus memahami bahwa penyelesaian konflik bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak dan perlu satu komitmen bersama untuk menyelesaikan konflik itu,” katanya. (Nasir)



Sabtu, 23 Mei 2015

Ikhtiar Cetak Tokoh Lokal Pendamai adalah Keniscayaan


Saat kegiatan TOT di mulai (Nasir)
JUNGGE MBOJO; Dalam era keterbukaan informasi saat ini, menciptakan banyak tokoh  lokal  sebagai garda terdepan sebagai mediator pendamai merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir rasa solidaritas dan persaudaraan dalam sebuah wilayah semakin rapuh Hal itu dikemukakan Ketua DPRD Kabupaten Bima, Murni Suciyanti, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Training Of Trainers (TOT) Pencegaan dan Mediasi Konflik untuk aktor perdamaian yang digelar Tim PNPM Peduli fase II PC Lakpesdam NU Kabupaten Bima, di Hotel La Ila Kota Bima, Sabtu (23/5).

Oleh karena itu, katanya, ikhtiar memunculkan kearifan lokal sebagai mediator dalam proses penyelesaian setiap potensi konflik menjadi sebuah keharusan. Terbukti, beberapa tahun terakhir nuansa persaudaraan masyarakat pada sejumlah wilayah Kabupaten Bima, terusik oleh munculnya perselisihan antar-warga.Bukan hanya itu, terangnya, persoalan sepele tanpa disadari bergerak cepat bahkan tak terkendali berubah menjadi konflik massa yang meluas.
Peserta TOT tekun mendengarkan materi pelatihan (Nasir)
Kondisi seperti itu sebenarnya bisa ditekan seminimal mungkin jika semua elemen masyarakat di desa memiliki rasa tanggungjawab kolektif menjadi penengah atau pendamai sekaligus memberi solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.

Namun sayang, katanya, rasa keterpanggilan akan tanggungjawab sosial inilah yang mulai hilang. Bahkan, cenderung apatis karena menganggap bukan urusannya. Mereka melempar tanggungjawab sosial itu kepada aparat kepolisian, sehingga ketika ada riak-riak kecil yang muncul cenderung dibiarkan berlarut. Akibatnya, persoalan itu menumpuk hingga membesar dan meluas menjadi konflik massa.“Lebih payah lagi konflik massa itu ditayangkan di televisi nasional yang ditonton jutaan mata rakyat Indonesia,” sesalnya.

Dia mengapresiasi even TOT pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian yang digelar PC Lakpesdam-NU Kabupaten Bima ini menjadi penting dan berarti untuk menghadirkan lebih banyak tokoh-tokoh pendamai di tengah-tengah masyarakat  menghindari terjadinya konflik.“Pelatihan seperti ini harus didorong untuk dilaksanakan dengan peserta yang lebih banyak lagi, sehingga menjangkau seluruh wilayah kecamatan dan desa di Kabupaten Bima,” katanya.

Apalagi dalam beberapa buan ke depan, terangnya, akan mengikuti agenda nasional pemilihan kepala daerah dan Wakil kepala daerah periode 2015-2020 yang akan dihelat 9 Desember 2015. Tentu pelaksanaan pesta demokrasi itu harus dijamin berlangsung dalam suasana yang kondusif, aman, dan damai. (Nasir)

Rabu, 18 Maret 2015

Atap Kelas SDN 2 Maria Rusak Berat

Kondisi ruangan kelas SDN 2 Maria yang rusak berat. (Foto Nasir)
JUNGGE MBOJO; Kondisi bagian atap gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Maria Kecamatan Wawo, saat ini rusak berat. Padahal, sekolah ini tercatat sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Kabupaten Bima.


Namun, sekitar 50 persen lebih bagian atap gedung sekolah itu dikuatirkan ambruk dan membahayakan siswa. Kondisi gedung sekolah tersebut memerlukan rehab berat. Apalagi, pada musim hujan ruangan kelas tergenang air hujan karena bocor.

Kepala SDN 2 Maria, Hasan Abbas, SPd, mengatakan terlihat dari luar gedung sekolah itu masih bagus, apalagi lingkungan sekolah yang tertata rapi dan kerap mewakili Kabupaten Bima dalam berbagai Lomba Sekolah Sehat, Sekolah Adiwiyata, dan lainnya. Namun, jika ingin mengetahui yang sebenarnya harus masuk setiap ruangan kelas. Terutama empat ruangan kelas, sedangkan dua ruangan sudah menggunakan atap seng.

Empat ruangan kelas, katanya, kondisinya sudah tidak nyaman untuk digunakan, karena kayu reng, kap, kayu usuk sudah banyak yang lapuk dimakan rayap. Demikian juga plafon yang berjatuhan karena terkenda guyuran hujan dengan kondisi kayu plafon yang juga termakan rayap. “Kadang saat hujan lebat anak-anak tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena kuatir tertimpa plafon dan kayu kap dan lainnya,” ujarnya di sekolah setempat, Selasa (17/3).

Saat ini, katanya, jumlah siswa sebanyak 87 siswa, lima ruangan belajar-mengajar (RBM) dan satu ruangan guru dan Kepala Sekolah (Kasek), sedangkan dua ruangan beberapa tahun lalu direhap dengan menggunakan atap seng. Empat ruangan lainnya kondisinya rusak berat, terutama bagian atap yang masih menggunakan genteng.

Tidak hanya itu, katanya, keinginan untuk memasang perangkat pembelajaran pada setiap ruangan kelas belum berani dilakukan. Masalahnya, dikuatirkan terjadi kerusakan alat IT. Apalagi, kondisi ruangan yang masih basah akibat kebocoran bagian atap sekolah. “Kami berharap pemerintah Kabupaten Bima dapat menanggulangi masalah ini. Jika tidak cepat ditangani,  dikuatirkan membahayakan siswa dan guru. Karena bisa saja bagian atap itu akan rubuh,” katanya. (AJI)


Selasa, 27 Januari 2015

Kelurahan Melayu terus Berbenah



JUNGGE MBOJO; Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota terus berbenah dalam berbagai bidang pembangunan. Namun, pembangunan drainase dan beberapa akses jalan, seperti jalan Yos Sudarso, jalan Lumba-Lumba, dan jalan Kepiting masih perlu ditata lebih baik lagi.

Masjid Nurul Yasin menghiasi penataan Kelurahan Melayu
Bahkan, perlu menambah ketinggian talut bibir sungai Melayu mulai dari Kelurahan Sarae hingga Melayu. Hal itu perlu dilakukan agar tidak tergenang air, terutama saat berpapasan banjir sungai dengan air laut pasang.

Lurah Melayu, Kamrin M, SSos, mengatakan, jumlah warga Kelurahan Melayu termasuk yang terpadat dengan 6.180 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.748 KK yang tersebar pada 17 RT, tujuh RW. Hanya saja, kelurahan ini memiliki kekhususan yakni merupakan muara akhir dari arus banjir di Kota Bima. Terkadang hujan di Kecamatan Raba banjirnya di Melayu.

“Kondisi seperti itu, kita berharap  Pemerintah Kota Bima perlu menambah ketinggian talud kanal sungai Melayu, selain pembenahan drainase dan akses tiga jalan itu,” ujarnya saat menyaksikan MTQ Melayu di masjid Nurul Yasin, Selasa (27/1).

Tantangan utama bagi Kelurahan Melayu, katanya, apabila banjir bertepatan dengan air pasang. Maka luapan air ke perkampungan warga relatif tinggi terutama pada beberapa Rukun Tetangga (RT), seperti di RT 09, RT 12, RT 14, 15, 16 hingga RT 17. Jika luapan ini terus menerus terjadi, seperti pada musim hujan ini, maka rentan dengan munculnya berbagai penyakit.

Oleh karena itu, katanya, menjadi skala prioritas yang diusulkan kepada Pemkot Bima. Selain program yang tak kalah pentingnya di Kelurahan Melayu adalah menjaga keamanan secara swakarsa. Artinya, bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan sendiri.

Lingkungan Kelurahan Melayu kian mempesona
Tidak hanya itu, program memberantas kekumuhan lingkungan. Program ini jika tidak dimulai dari sekarang, maka penataan lingkungan ke depan pasti kumuh. “Karena setiap orang sembarangan saja membangun tanpa memerhatikan tata kelola lingkungan dengan baik. Akibatnya, beberapa tahun ke depan akan terlihat kumuh dan sulit menghindari dari tergenang air,” katanya.

Kelurahan Melayu juga, tuturnya, terus menyukseskan program program Pemerintah Kota Bima berkaitan dengan program Pembumian Al-Quran melalui program Magrib Mengaji. Syiar Islam melalui baca dan menulis Al Quran bagi generasi muda Islam penting agar kelah generasi siap menghadapi tantangan global.

“Jika anak-anak memiliki fondasi kuat mengenai nilai Al-Quran, maka kelak mereka siap menghadapi tantangan global melalui saringan nilai-nilai ajaran Islam. Apalagi, Melayu dikenal dengan syiar Islamnya,” katanya. (AJI)

Juara MTQ Melayu Berhadiah Umrah


Lurah Melayu di depan Arena MTQ Melayu (Foto Nasir)

 JUNGGE MBOJO; Ada kabar yang menggembirakan dari pelaksanaan Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota tahun ini. Apakah itu? Hadiah yang disediakan adalah berangkat umrah dan satu unit televisi bagi qari dan qariah, hafizh dan Hafizah yang meraih juara umum atau nilai tertinggi perseorangan.

Hadiah itu merupakan sumbangan dari warga Melayu yang sukses di luar daerah, H Dafid R Yasin. Bahkan, bagi peserta yang berhasil meraih hadiah umrah akan diberangkatkan bulan Maret 2015 setelah mengurus visa dan paspor di Kabupaten Sumbawa.

Ketua panitia MTQ Kelurahan Melayu, Sukarno, SH, mengatakan, ketika panitia membicarakan kegiatan MTQ yang digelar di masjid Nurul Yasin 25-28 Januari, beliau senang dan mengapresiasi syiar Islam itu dan mendukung panitia dengan menyiapkan satu paket hadiah yakni umrah dan televisi. “Kami dari panitia kaget dengan sebutan hadiah sebesar itu. Apalagi, MTQ ini merupakan tingkat Kelurahan tetapi beliau meyakinkan peserta yang berhasil siap diberangkatkan bulan Maret setelah pengurusan visa dan paspornya selesai,” ujarnya di arena MTQ masjid Nurul Yasin Melayu, Selasa (27/1).

Peserta MTQ saat tampil di mimbar tilawah (Foto Nasir)

Dia mengaku, orang Bima yang berhasil di luar daerah senang bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang bernuansa Islam di daerahnya, termasuk syiar Islam melalui media MTQ dan mereka mau beramal. Hadiah Umrah ini, bukan saja memotivasi anak-anak di Kelurahan Melayu untuk mencintai Al-Quran, tetapi imbasnya juga pada kelurahan lain.


Apalagi, terangnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima memiliki program yang mulia yakni ‘Membumikan Al Quran’ dengan menggalakan program ‘Magrib Mengaji’. Tentu, panitia dapat memanfaatkan potensi warga Kota Bima yang sukses di luar Kota Bima. Bahkan, mereka senang jika diinformasikan. Terutama mendukung anak-anak yang menghafal (hafizh) Al-Quran.

Hal senada dikemukakan Lurah Melayu, Kamrin M, SSos. Dia mengapresiasi kesungguhan panitia dalam menggalang dana untuk menyukseskan MTQ Melayu. Bayangkan, hadiah utama adalah Umrah dan jika dinilai dengan uang sekitar Rp36 juta yang akan diterima oleh peserta yang meraih juara umum perseorangan. Selain dana bantuan Pemkot Bima senilai Rp30 juta untuk kegiatan MTQ dan hadiah bagi peserta yang berhasil meraih juara.

Peserta cabang Khat saat menyelesaikan khatnya (Foto Nasir)

“Kita ingin hadiah ini melebihi dari hadiah yang diperoleh cabang olah raga atau konteks dang dut, sehingga memotivasi qari dan qariah, hafizh dan hafizhah untuk mencintai Al-Quran dan mau mengamalkan ajaran Al Quran,” katanya.

Tentu saja, katanya, hadiah Umrah yang diberikan pendiri masjid Nurul Yasin Melayu itu, akan memotivasi anak-anak di Kelurahan Melayu untuk belajar Al-Quran, juga memotivasi juga bagi Kelurahan lain untuk mencari potensi putra daerah yang peduli syiar Islam. Pada MTQ kali ini, terangnya, partisipasi masyarakat cukup tinggi bergotong-royong mendukung syiar Islam melalui media MTQ. Buktinya, pengusaha terop membantu menyiapkan terop, kursi demi membantu kelancaran MTQ. (AJI)
 
Copyright © 2014 KM JUNGGE MBOJO
| B-11
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube