Berita Terbaru

Kruw KM Jungge-Mbojo

KOORDINATOR/MOTIVATOR: HM. Nasir Ali TATA LETAK: Joe Ningrat, KOORDINATOR LIPUTAN: Nas Andika, UNIT USAHA: Wukufatul Arafah, PENULIS/KONTRIBUTOR: Wukufatul, HM. Nasir, Awalul Khair, Shafiratul Islamiah,Abdul Hamid, Jufrin, KAMERAMEN: Nas Andika, STAFT IT: Irank Scripter, KONSULTAN/PEMBINA: Camat Wawo, Dishubkominfo Kabupaten Bima, Dishubkominfo Provinsi NTB

Minggu, 21 Agustus 2016

Pecatur Kota Bima Dominasi Juara Catur Padolo Cup I


Jungge Mbojo. Pecatur Kota Bima, Salahuddin Sangaji  meraih juara pada kejuaraan catur terbuka se-Pulau Sumbawa, setelah mengoleksi enam Victory Point (VP). Kejuaraan memeriahkan HUT Desa Padolo Kecamatan Palibelo dan HUT ke-71 RI berlangsung 15-17 Agustus 2016 di SDN Padolo desa setempat ditutup Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kabupaten Bima, Adhar, S.Pd, Rabu (17/8).


 Kegiatan yang disponsori Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa dibuka oleh Drs H Sudirman Ismail, M.Si, Senin (15/8) lalu dengan hadiah total Rp7,5 juta. Peringkat kedua diraih pecatur Kabupaten Bima, Mulyadin, S.Pd, juga mengoleksi (6 VP) Namun, Salahuddin lebih baik Progres Skor (PS). Dominasi lima besar diraih pecatur Kota Bima. Terbukti juara III diraih pecatur Kota Bima, Syaifullah dengan mengoleksi (5,5 VP), disusul Tahir dan Gunawan sebagai peringkat keempat dan kelima juga dari Kota Bima dengan mengoleksi (5 VP). Namun, untuk peringkat keenam hingga sepuluh didominasi pecatur Kabupaten Bima, seperti Ilyas (Tangga), Uba dan Sardi (Tengah), Sudirman JK (Pandai) dan Jasman (Tengah) sama-sama mengoleksi (5 VP). Dua pecatur dari Kabupaten Sumbawa hanya menduduki peringkat 14 dan 16.

Hadiah juara pertama hingga juara III selain meraih hadiah uang tunai juga meraih piala tetap dari Kepala Desa Padolo, Lukman, SP, sedangkan juara IV hingga X hanya meraih hadiah uang tunai. “Kita ingin setiap tahun tetap menggelar kejuaraan catur terbuka di desanya,” ujarnya saat menyerahkan hadiah kepada sang juara. Dia memintah maaf belum mampu memberikan yang terbaik bagi kejuaraan itu. Tentu ke depan akan memberikan hadiah lebih baik lagi.

Hal senada dikemukakan Ketua Percasi Kabupaten Bima, Adhar, S.Pd, peningkatan pembinaan pecatur muda akan lebih ditingkatkan. Namun, kejuaraan catur terbukan di Desa Padolo akan diagendakan untuk dijadikan kalender tetap. Apalagi, Pembina STKIP Taman Siswa seperti diungkapkan saat pembukaan akan mendukung kejuaraan itu bahkan menyiapkan hadiah jutaan rupiah. Untuk tahun 2016 saja, kata dia, sudah beberapa kali menggelar kejuaraan se- Pulau Sumbawa, belum terhitung kejuaraan tingkat desa dan kecamatan. “Kita berharap dengan dukungan dari Koni Kabupaten Bima kita akan tetap meningkatkan pembinaan dan kejuaraan,” katanya saat penutupan di SDN Padolo, Rabu. (Nas)

Senin, 22 Februari 2016

Mahasiswa IAIN Mataram Diarahkan Soal MEA

Saat menyampaikan materi (foto Mifran)
Ada yang menarik dari kuliah umum (Stadium General) yang digelar Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Kampus I IAIN Mataram, Jumat (19/2). Kuliah yang bertajuk ‘Peran Alumni Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)’  itu disampaikan alumnus IAIN Mataram, Dr Kaharuddin Sulaiman, SAg, MHum. Pria asal Kelurahan Dodu Kota Bima itu  kini sebagai Deputi Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Kantor Wakil Presiden RI.



Dosen IAIN Mataram, Mifran, MPd, mengatakan kuliah umum yang berdurasi sekitar tiga jam itu mampu menggugah kesadaran mahasiswa IAIN Mataram mengenai  perlunya kesiapan menghadapi persaingan usaha antar-negara di Asia dan dunia. Tidak hanya itu, penyajian materi lugas dan menarik, sehingga dahaga keilmuan ratusan mahasiswa terpuaskan. Yaitu dari  aspek kesiapan mental dan wawasan, maupun kesiapan modal dan lapangan usaha/bisnis.



“Otak kita harus berpikir cerdas dan cepat, karena saat ini pebisnis asing sedang gencar-gencarnya mencari lokasi bisnis yang tepat di Negara kita,” ujarnya via whatsApp, Senin (22/2).


Bersama keluarga dan dosen IAIN Mataram

Apalagi, katanya, pengusaha buah-buahan sudah mulai berani berjualan di negara ini, bahkan dokter dan pendidik dari luar negeri mulai berani menggelar praktik dan mengajar sekaligus membangun lembaga pendidikan di negeri yang berpenduduk sekitar 200 juta lebih ini.


Alumnus Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Tahun 2000 ini menganggap penting bagi   mahasiswa mengetahui dan memahami dampak dari MEA, sehingga mahasiswa memahami apa saja yang perlu disiapkan sejak dini, hingga MEA benar-benar terasa keberadaannya di negeri sendiri khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).



Dia mengingatkan, pebisnis asing datang dari berbagai negara  di Asia. Tidak hanya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang serumpun bahasanya dan masih dapat dipahami, akan tetapi mereka juga datang dari berbagai negara yang menggunakan bahasa Arab, Mandarin, Inggris, Belanda, bahkan mungkin mereka akan berbahasa Perancis, Spanyol, dan lainnya.



“Oleh karena itu, bagaimana kita dapat memahami bahasa mereka, paling tidak kita dapat memahami satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris,” katanya.



Kuliah umum itu  dimulai  pukul 08.30 hingga pukul 11.45 WITA,  berlangsung dialogis dan penuh antusias. Hal ini sangat terlihat pada kondisi aula yang dipenuhi  mahasiswa dari awal hingga akhir acara. Selain itu, memberikan kesempatan kepada mahasiswa  berdialog. Delapan mahasiswa diberi kesempatan untuk menanyakan berbagai hal yang masih mengusik kegelisahan dan kekuatiran mereka dengan kehadiran MEA di negeri ini.



Tiga poin penting yang  diutarakan merupakan respons dari pertanyaan para mahasiswa. Yakni perlunya penguatan ilmu sebagai dasar pemahaman dalam mengimbangi saingan bisnis asing. Selain itu, mahasiswa harus banyak belajar bahasa asing sebagai alat komunikasi sekaligus memanfaatkan sumberdaya alam   dan menemukan inovasi-inovasi terbaru agar produk dalam negeri lebih diminati ketimbang produk-produk asing.



Mendengar paparan itu, mahasiswa merasa memiliki persiapan  menghadapi MEA. Menghadapi MEA tidak hanya menyiapkan modal untuk membeli produk-produk asing, melainkan juga perlu persiapan diri terhadap   segala sumberdaya agar dapat menjadi pelaku usaha yang akan bersaing dengan pebisnis asing.

 
Keluarga besar Kelurahan Dodu (MF)

Seperti ditegaskan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Syari’ah, Mustajam. Katanya,  Stadium General ini sangat bermanfaat. Selama ini sering mendengar istilah MEA, tetapi tidak pernah paham bagaimana pengaruh MEA terhadap kondisi ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat ke depan.



Antusiasme mahasiswa dalam menghadapi MEA tidak hanya ditunjukkan dalam berbagai produk yang telah dipersiapkan agar dapat menjadi pelaku usaha, tetapi bagaimana mereka memahami MEA dan dampaknya dalam kehidupan sosial ke depan. (Mifran/Arafah)


Minggu, 24 Mei 2015

TOT Mediasi Konflik untuk Aktor Pendamai Digelar


Pembimbing TOT saat mengidentifikasi potensi dari peserta (Nasir)
JUNGGE MBOJO; Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdatul Ulama (LAKPESDAM-NU) fase II PNPM Peduli Kabupaten Bima, Sabtu (23/5), menggelar Training Of Traines (TOT) pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian di Hotel La Ila Kota Bima. Kegiatan yang berlangsung 23-24 Mei itu dibuka oleh Bupati Bima yang diwakili Asisten I, Drs H Abdul Wahab.

Kegiatan yang dipandu Nunung Andriani, M.Hum, dihadiri Ketua DPRD Kabupaten Bima, Murni Suciati, Ketua PC NU Kabupaten Bima, Drs H Nurdin Abdullah, perwakilan dari Desa Oi Bura dan utusan dari Kecamatan Tambora, juga dihadiri FKUB, perwakilan kampus, aktivis pro inklusi, SKPD, organisasi pemuda, dan perwakilan media.

Manager program PNPM Peduli Phase II LAKPESDAM NU Kabupaten Bima, Damhuji, M.Pd, MA, mengatakan, PNPM peduli fase II merupakan kelanjutan dari program fase I yang diluncurkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Program itu merupakan kerjasama Kementerian SDM dengan The Asian Fondation (TAF) di mana PC Lakpesdam NU kembali dipercaya menjadi salah satu organisasi pelaksana program. Program tersebut, katanya, telah berlangsung sejak bulan November 2014 hingga Oktober 2015 dengan lokasi Desa Oi Bura Kecamatan Tambora. Terutama program yang berkaitan dengan penguatan kapasitas kader damai di Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima. Mereka yang dilatih ini akan menjadi fasilitator.

Peserta sedang bahas konflik pada diskusi kelompok
 Sebelumnya, beberapa rangkaian kegiatan telah dilakukan, seperti survey lapangan, penelitian bertemu dengan beberapa actor membahas mengenai Tambora yang rawan konflik, meski warga Tambora itu sendiri rukun, aman dan damai saja. Program PNPM Peduli fase II, katanya, lebih spesifik pada isu inklusi sosial dengan sasaran program kelompok minoriitas agama dan keyakinan yang mengalami diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang berbasis agama.

Selain itu, menjadi konsen kerja Lakpesdam NU atas pilihan isu dalam rangka memberikan kemudahan bagi Lakpesdam NU Kabupaten Bima untuk melakukan advokasi langsung kepada masyarakat yang ekslusi, plural, dan rawan konflik. “Karena itu pada kegiatan fase II ini kami melakukan TOT pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian,” ujarnya saat pembukaan latihan, Sabtu. Dengan penguatan kapasitas kader ini konflik di Kecamatan Tambora dapat dideteksi lebih dini dan warga mampu menyelesaikan persoalan dengan kekeluargaan. Diibaratkan Kecamatan Tambora, adalah miniature Indonesia karena berbagai agama, suku, dan budaya ada di sana.

 Asisten I Setda Kabupaten Bima, Drs H Abdul Wahab, mengatakan, Kabupaten Bima adalah daerah majemuk, artinya, masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan. Perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat diselesaikan jika semua elemen memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lain. Dengan adanya perbedaan tersebu seringkali menimbulkan gesekan sosial oleh adanya kepentingan masyarakat.

Masalah konflik di Kabupaten Bima, katanya, merupakan fenomena yang tidak asing lagi dan menyita perhatian public. Apalagi wujud konflik itu mengarah pada suatu kekerasan social. Oleh karena itu, persoalan konflik harys dipahami sebagai sesuatu yang alamiah. Namun, hal itu perlu dikelola agar tidak menimbulkan kekerasan yang cenderung menyebabkan timbulnya korban jiwa dan kerugian material yang terjadi pasca konflik.

“Kita harus memahami bahwa penyelesaian konflik bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak dan perlu satu komitmen bersama untuk menyelesaikan konflik itu,” katanya. (Nasir)



Sabtu, 23 Mei 2015

Ikhtiar Cetak Tokoh Lokal Pendamai adalah Keniscayaan


Saat kegiatan TOT di mulai (Nasir)
JUNGGE MBOJO; Dalam era keterbukaan informasi saat ini, menciptakan banyak tokoh  lokal  sebagai garda terdepan sebagai mediator pendamai merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir rasa solidaritas dan persaudaraan dalam sebuah wilayah semakin rapuh Hal itu dikemukakan Ketua DPRD Kabupaten Bima, Murni Suciyanti, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Training Of Trainers (TOT) Pencegaan dan Mediasi Konflik untuk aktor perdamaian yang digelar Tim PNPM Peduli fase II PC Lakpesdam NU Kabupaten Bima, di Hotel La Ila Kota Bima, Sabtu (23/5).

Oleh karena itu, katanya, ikhtiar memunculkan kearifan lokal sebagai mediator dalam proses penyelesaian setiap potensi konflik menjadi sebuah keharusan. Terbukti, beberapa tahun terakhir nuansa persaudaraan masyarakat pada sejumlah wilayah Kabupaten Bima, terusik oleh munculnya perselisihan antar-warga.Bukan hanya itu, terangnya, persoalan sepele tanpa disadari bergerak cepat bahkan tak terkendali berubah menjadi konflik massa yang meluas.
Peserta TOT tekun mendengarkan materi pelatihan (Nasir)
Kondisi seperti itu sebenarnya bisa ditekan seminimal mungkin jika semua elemen masyarakat di desa memiliki rasa tanggungjawab kolektif menjadi penengah atau pendamai sekaligus memberi solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.

Namun sayang, katanya, rasa keterpanggilan akan tanggungjawab sosial inilah yang mulai hilang. Bahkan, cenderung apatis karena menganggap bukan urusannya. Mereka melempar tanggungjawab sosial itu kepada aparat kepolisian, sehingga ketika ada riak-riak kecil yang muncul cenderung dibiarkan berlarut. Akibatnya, persoalan itu menumpuk hingga membesar dan meluas menjadi konflik massa.“Lebih payah lagi konflik massa itu ditayangkan di televisi nasional yang ditonton jutaan mata rakyat Indonesia,” sesalnya.

Dia mengapresiasi even TOT pencegahan dan mediasi konflik untuk aktor perdamaian yang digelar PC Lakpesdam-NU Kabupaten Bima ini menjadi penting dan berarti untuk menghadirkan lebih banyak tokoh-tokoh pendamai di tengah-tengah masyarakat  menghindari terjadinya konflik.“Pelatihan seperti ini harus didorong untuk dilaksanakan dengan peserta yang lebih banyak lagi, sehingga menjangkau seluruh wilayah kecamatan dan desa di Kabupaten Bima,” katanya.

Apalagi dalam beberapa buan ke depan, terangnya, akan mengikuti agenda nasional pemilihan kepala daerah dan Wakil kepala daerah periode 2015-2020 yang akan dihelat 9 Desember 2015. Tentu pelaksanaan pesta demokrasi itu harus dijamin berlangsung dalam suasana yang kondusif, aman, dan damai. (Nasir)

Rabu, 18 Maret 2015

Atap Kelas SDN 2 Maria Rusak Berat

Kondisi ruangan kelas SDN 2 Maria yang rusak berat. (Foto Nasir)
JUNGGE MBOJO; Kondisi bagian atap gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Maria Kecamatan Wawo, saat ini rusak berat. Padahal, sekolah ini tercatat sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Kabupaten Bima.


Namun, sekitar 50 persen lebih bagian atap gedung sekolah itu dikuatirkan ambruk dan membahayakan siswa. Kondisi gedung sekolah tersebut memerlukan rehab berat. Apalagi, pada musim hujan ruangan kelas tergenang air hujan karena bocor.

Kepala SDN 2 Maria, Hasan Abbas, SPd, mengatakan terlihat dari luar gedung sekolah itu masih bagus, apalagi lingkungan sekolah yang tertata rapi dan kerap mewakili Kabupaten Bima dalam berbagai Lomba Sekolah Sehat, Sekolah Adiwiyata, dan lainnya. Namun, jika ingin mengetahui yang sebenarnya harus masuk setiap ruangan kelas. Terutama empat ruangan kelas, sedangkan dua ruangan sudah menggunakan atap seng.

Empat ruangan kelas, katanya, kondisinya sudah tidak nyaman untuk digunakan, karena kayu reng, kap, kayu usuk sudah banyak yang lapuk dimakan rayap. Demikian juga plafon yang berjatuhan karena terkenda guyuran hujan dengan kondisi kayu plafon yang juga termakan rayap. “Kadang saat hujan lebat anak-anak tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena kuatir tertimpa plafon dan kayu kap dan lainnya,” ujarnya di sekolah setempat, Selasa (17/3).

Saat ini, katanya, jumlah siswa sebanyak 87 siswa, lima ruangan belajar-mengajar (RBM) dan satu ruangan guru dan Kepala Sekolah (Kasek), sedangkan dua ruangan beberapa tahun lalu direhap dengan menggunakan atap seng. Empat ruangan lainnya kondisinya rusak berat, terutama bagian atap yang masih menggunakan genteng.

Tidak hanya itu, katanya, keinginan untuk memasang perangkat pembelajaran pada setiap ruangan kelas belum berani dilakukan. Masalahnya, dikuatirkan terjadi kerusakan alat IT. Apalagi, kondisi ruangan yang masih basah akibat kebocoran bagian atap sekolah. “Kami berharap pemerintah Kabupaten Bima dapat menanggulangi masalah ini. Jika tidak cepat ditangani,  dikuatirkan membahayakan siswa dan guru. Karena bisa saja bagian atap itu akan rubuh,” katanya. (AJI)


Selasa, 27 Januari 2015

Kelurahan Melayu terus Berbenah



JUNGGE MBOJO; Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota terus berbenah dalam berbagai bidang pembangunan. Namun, pembangunan drainase dan beberapa akses jalan, seperti jalan Yos Sudarso, jalan Lumba-Lumba, dan jalan Kepiting masih perlu ditata lebih baik lagi.

Masjid Nurul Yasin menghiasi penataan Kelurahan Melayu
Bahkan, perlu menambah ketinggian talut bibir sungai Melayu mulai dari Kelurahan Sarae hingga Melayu. Hal itu perlu dilakukan agar tidak tergenang air, terutama saat berpapasan banjir sungai dengan air laut pasang.

Lurah Melayu, Kamrin M, SSos, mengatakan, jumlah warga Kelurahan Melayu termasuk yang terpadat dengan 6.180 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.748 KK yang tersebar pada 17 RT, tujuh RW. Hanya saja, kelurahan ini memiliki kekhususan yakni merupakan muara akhir dari arus banjir di Kota Bima. Terkadang hujan di Kecamatan Raba banjirnya di Melayu.

“Kondisi seperti itu, kita berharap  Pemerintah Kota Bima perlu menambah ketinggian talud kanal sungai Melayu, selain pembenahan drainase dan akses tiga jalan itu,” ujarnya saat menyaksikan MTQ Melayu di masjid Nurul Yasin, Selasa (27/1).

Tantangan utama bagi Kelurahan Melayu, katanya, apabila banjir bertepatan dengan air pasang. Maka luapan air ke perkampungan warga relatif tinggi terutama pada beberapa Rukun Tetangga (RT), seperti di RT 09, RT 12, RT 14, 15, 16 hingga RT 17. Jika luapan ini terus menerus terjadi, seperti pada musim hujan ini, maka rentan dengan munculnya berbagai penyakit.

Oleh karena itu, katanya, menjadi skala prioritas yang diusulkan kepada Pemkot Bima. Selain program yang tak kalah pentingnya di Kelurahan Melayu adalah menjaga keamanan secara swakarsa. Artinya, bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan sendiri.

Lingkungan Kelurahan Melayu kian mempesona
Tidak hanya itu, program memberantas kekumuhan lingkungan. Program ini jika tidak dimulai dari sekarang, maka penataan lingkungan ke depan pasti kumuh. “Karena setiap orang sembarangan saja membangun tanpa memerhatikan tata kelola lingkungan dengan baik. Akibatnya, beberapa tahun ke depan akan terlihat kumuh dan sulit menghindari dari tergenang air,” katanya.

Kelurahan Melayu juga, tuturnya, terus menyukseskan program program Pemerintah Kota Bima berkaitan dengan program Pembumian Al-Quran melalui program Magrib Mengaji. Syiar Islam melalui baca dan menulis Al Quran bagi generasi muda Islam penting agar kelah generasi siap menghadapi tantangan global.

“Jika anak-anak memiliki fondasi kuat mengenai nilai Al-Quran, maka kelak mereka siap menghadapi tantangan global melalui saringan nilai-nilai ajaran Islam. Apalagi, Melayu dikenal dengan syiar Islamnya,” katanya. (AJI)
 
Copyright © 2014 KM JUNGGE MBOJO
| B-11
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube