Berita Terbaru

Kruw KM Jungge-Mbojo

KOORDINATOR/MOTIVATOR: HM. Nasir Ali TATA LETAK: Joe Ningrat, KOORDINATOR LIPUTAN: Nas Andika, UNIT USAHA: Wukufatul Arafah, PENULIS/KONTRIBUTOR: Wukufatul, HM. Nasir, Awalul Khair, Shafiratul Islamiah,Abdul Hamid, Jufrin, KAMERAMEN: Nas Andika, STAFT IT: Irank Scripter, KONSULTAN/PEMBINA: Camat Wawo, Dishubkominfo Kabupaten Bima, Dishubkominfo Provinsi NTB

Jumat, 25 Juli 2014

Guruku Tak Bisa Hitung

Siswa SD saat menyambut kehadiran tamu terhormat. Bendera merah putih sebagai lambang salam hangat dari siswa (Dok Nasir)


Ibu Nani bukan nama sebenarnya, ia seorang guru kesenian di Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bima. Ingin menguji sejauh mana muridnya bernama Ratu bisa menyerap pelajaran berhitung yang diajarkan gurunya di kelas satu.


Ibu Nani, Ratu coba hitung tiga ditambah nol berapa hasilnya.

Ratu, ya jelas tiga bu guru.

Ibu Nani, ah masa. Coba hitung ulang…

Ratu, benar bu guru… sambil memerlihatkan tiga jarinya dan satu telapak tangannya dikepalkan seakan seperti angka nol.


Ibu Nani, hasilnya bukan tiga Ratu, tetapi empat.

Ratu, kembali menyangga. Coba lihat tangan saya ini ibu guru. Jari tangan saya ini jelas tiga dan dua jarinya dilipat, sedangkan satu tangannya dikepalkan. Kan hasilnya tiga bu guru.


Ibu Nani, salah hitung kali kamu Ratu…

Ratu, Ah ibu guru aja yang tidak tahu berhitung…

Ibu Nani, langsung mencium dan menggedong anak ponaannya. Hitungan Ratu sudah benar, hanya ibu guru yang bodoh berhitung…(Wukufiatul Arafah)

Bupati Bima Ingatkan Warga Tunaikan Zakat Fitrah


Bupati Bima, Drs H Syafrudin HM Nur, M.Pd berbuka puasa di masjid Al Ikhlas Desa Kambilo Wawo (Dok Nasir)
 JUNGGE MBOJO.-Warga setiap desa di Kabupaten Bima diingatkan agar tunaikan zakat fitrah. Karena jelang berakhirnya puasa mungkin masih ada yang belum menunaikan kewajibannya itu. Namun, diingatkan juga bagi badan amil zakat setorkan 50 persen bagian zakat untuk Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bima. Peringatan itu disampaikan Bupati Bima, Drs H Syafrudin HM Nur, M.Pd, saat safari Ramadhan di masjid Al Ikhlas Desa Kambilo Kecamatan Wawo, Kamis (25/7) malam.


Ketentuan mengenai jumlah zakat yang dikeluarkan, kata Bupati Syafrudin, sudah jelas yakni jika dibayarkan dengan beras maka jumlahnya sebanyak 2,5 liter (satu gantang) setiap jiwa, tetapi dapat juga dibayarkan dengan menggunakan uang tunai sebanyak Rp20 ribu/jiwa. Jumlah itu tidak boleh dikurangi sedikitpun karena menyangkut kebersihan jiwa orang yang mengeluarkan zakat.


“Satu gantang itu tidak boleh dikurangi, demikian juga yang menggunakan uang tidak boleh kurang satu rupiahpun dan orang yang mengeluarkan zakat fitrah harus menggenapkan zakatnya sesuai ketentuan. Boleh lebih asal tidak kurang,” ujarnya saat menyampaikan sambutan.

Istri Bupati Bima, Hj Rastina bersama ibu-ibu lain berbuka puasa bersama di Desa Kambilo Wawo (Dok Nasir)
Bukan hanya itu, katanya, dana zakat yang dikumpulkan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di desa tidak boleh menggunakan dana zakat itu untuk bangun mushalla, masjid atau untuk kepentingan lainnya. Kades diingatkan untuk mematuhi ketentuan itu. Bagian yang diperoleh UPZ desa sebanyak 30 persen kemudian dibagi tiga yakni untuk fakir dan miskin dan Amil, sedangkan bagian kecamatan 20 persen.

“Kita berharap pemasukan zakat fitrah tahun ini meningkat dibandingkan dengan pemasukan tahun lalu,” katanya.


Bupati Syafrudin menilai pengurus zakat sudah berusaha menyosialisasikan mengenai zakat ini. Terbukti hampir setiap safari Ramadhan Ketua Baznas Kabupaten Bima, H Abubakar Usman, BA selalu ikut dan berharap sambutan Bupati senantiasa menyertakan masalah kewajiban mengeluarkan zakat fitrah maupun zakat maal.


Bupati Bima Drs H Syafrudin HM Nur, M.Pd saat menyerahkan bantuan pada beberapa masjid dan mushalla (Dok Nasir)
 Pada safari Ramadhan di masjid Al Ikhlas Desa Kambilo, Bupati juga menyerahkan bantuan untuk puluhan masjid dan mushala di Kecamatan Wawo. Jumlahnya berfariasi sebesar Rp5 juta hingga Rp35 juta. Mengakhir sambutannya Bupati mengingatkan agar Kecamatan Wawo tetap menjaga suasana kondusi selama ini. Kesejukan hati orang Wawo harus menjadi teladan bagi warga lain di Kabupaten Bima. Tidak pernah dengar ada orang Wawo yang demo memblokade jalan karena menuntut sesuatu, kecuali warga yang berdagang menjual jambu di Desa Kambilo.  (AJI)

Senin, 21 Juli 2014

SMPN 1 Wawo Tingkatkan Kegiatan Imtaq


JUNGGE MBOJO.-Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Wawo memanfaatkan bulan Ramadan dalam kegiatan Islami. Kegiatan itu sebagai bagian dari upaya meningkatkan aspek keimanan dan ketaqwaan siswa agar setelah Ramadan terbiasa b terlibat dalam kegiatan bermanfaat.



Pembina Imtaq SMPN 1 Wawo, Wukufiatul Arafah, SPd, mengatakan, kegiatan Imtaq itu bukan hanya dilaksanakan di sekolah, seperti lomba dai dan daiyah antar-siswa, tetapi juga siswa terbaik dalam kegiatan itu disebarkan untuk menyampaikan dakwah tausyiah agama sebelum dilaksanakan shalat tarawih pada beberapa masjid di Kecamatan Wawo.



Potensi siswa untuk berdakwah, kata alumnus STKIP Hamzanwadi Lombok Timur ini, cukup banyak dan bisa diandalkan. Namun, tujuan yang sesungguhnya bukan berdakwah bagi orang lain, tetapi yang lebih utama bagaimana mereka bisa dahulu mengamalkan yang disampaikan.



“Karena yang lebih dekat mendengarkan ucapan kita itu adalah kita sendiri. Orang lain hanya sebagai pantulan saja dan syukur jika ada orang lain yang tersentuh dan mengamalkan apa yang kita sampaikan,” ujarnya di sekolah setempat, Senin (21/7).

Tradisi  Rimpu Cili sebagai Adat Bima yang dikenakan siswa SMPN 1 Wawo saat menerima tamu kehormatan (Dok Nasir)


Tradisi yang dikembangkan di sekolah ini, kata dia, selain pembinaan bacaan Al-Quran bagi siswa yang samasekali belum bisa baca Quran, juga membina siswa untuk menggali potensi kreatif dan kemampuan baik dalam membaca Al-Quran maupun kemampuan menyampaikan pesar Al- Quran kepada diri dan orang lain.



“Kita terus membina siswa bersama guru agama dan guru lain, kemudian mereka disebarkan pada beberapa masjid untuk berdakwah dengan tema sentra masalah Ramadan,” katanya.



Dia berharap, kegiatan yang satu ini dapat memacu siswa menggali potensi diri dan  berani  tampil di muka umum, sehingga kelak diharapkan bukan hanya pintar berceramah, tetapi dapat mengamalkan ilmu yang disampaikan.



Kegiatan Ramadan ini, kata dia, melibatkan seluruh guru dan diapresiasi oleh Kepala SMPN 1 Wawo, Mulyadin HAR, SPd, MPd. Selain itu, siswa juga dibiasakan untuk mengeluarkan zakat fitrah dan kegiatan agama lainnya. (AJI)

Selasa, 15 Juli 2014

Desa Maria Harap Bisa Gedor Pintu Istana


Tim penilai lomba desa tingkat nasional menyaksikan kesenian tradisional adu kepala (Ntumbu) (Dok Nasir)

JUNGGE MBOJO.-Berbagai keberhasilan yang diraih Desa Maria Kecamatan Wawo, bukan hanya isapan jempol belaka, tetapi mungkin satu-satunya desa di Kabupaten Bima yang masih melestarikan dan mengembangkan terus budaya serta adat istiadat Bima. Hal itu diungkapkan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Desa, Drs H Abdul Wahab saat menyampaikan sambutan Bupati Bima pada tim penilai lomba desa tingkat nasional di aula Desa Maria, Selasa (15/7).

Maka tidak heran, katanya, tingkat kriminalitas di desa ini berada pada kisaran angka nol, suasana aman, nyama tercipta dengan baik di desa ini. Bahkan, Kecamatan Wawo. Bukan itu saja, katanya, dalam berbagai lomba kesenian tradisional Desa Maria kerap mewakili NTB di tingkat Nasional dan meraih juara. Soal pendidikan di Provinsi NTB yang pertama meraih gelar Profesor dan guru besar adalah putra terbaik Desa Maria yakni, Prof Drs H Karim Sahidu.

Kesenian hadrah sebagai budaya Islam juga ikut menyambut tim penilai (Dok Nasir)
Warga Desa Maria, kata mantan Camat Wawo ini,  meski mengandalkan tanaman tadah hujan, tetapi soal pendidikan dinomorsatukan. “Kone da ngaha, ma pentina kau sekolah anak. Artinya, moto masyarakat di sini meski tidak ada yang dimakan, tetapi soal pendidikan anak adalah yang nomor satu,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat Desa Maria bulan hanya berhasil meraih sepuluh besar Lomba Desa tingkat Nasional, tetapi mampu meraih enam besar hingga nomor satu karena mereka ingin menggedor  pintu Istana Negara. “Kita doakan bersama semoga keinginan itu terwujud. Apalagi, peluang itu ada dan kesempatan inilah merupakan  momen terbaik untuk meraih yang terbaik,” katanya.
 
Sebagian hasil bumi di Desa Maria yang dipamerkan saat lomba desa tingkat Nasional (Dok Nasir)
Ketua tim penilai, Drs Imran, mengapresiasi positif upaya warga di sini untuk menyambut tim semeriah itu. Tim sebenarnya tidak ingin merepotkan warga, tetapi itulah wujud kebersamaan warga yang patut disyukuri. Keberhasilan Desa Maria lolos 10 besar patut disyukuri. Tinggal dipertahankan dan terus menata desa ini lebih baik lagi. (AJI)

Tim Penilai Pusat Verifikasi Lapangan di Desa Maria


Ketua tim penilai pusat, Drs Imran saat dikalungi selendang khas Bima (Dok Nasir)

JUNGGE MBOJO.-Tim penilai pusat, Selasa (15/7),  melakukan verifikasi lapangan pada Desa Maria Kecamatan Wawo sebagai duta Provinsi NTB yang lolos 10 besar Lomba Desa Tingkat Nasional. Kehadiran tim penilai disambut meriah oleh ratusan warga Maria dan warga daerah dataran tinggi Wawo dengan beragam kesenian tradisional Ntumbu, Mpaa Manca, dan Hadrah.

Saat memasuki gerbang Desa Maria, Ketua tim penilai, Drs Imran, disambut hangat oleh Kepala Desa Maria, Nurdin HM Saleh dan Camat Wawo, Syafruddin Daud, S.Sos, Sekretaris Camat Wawo, Ridwan, S.Sos bersama Muspika. Sebagai tanda penyambutan Ketua tim dikalungi selendang Bima oleh dua orang gadis Desa Maria. Bukan hanya itu, tim juga disambut hangat oleh Tetuah Adat Maria dengan tradisi Makka Tua yang dilanjutkan dengan kesenian tradisional Ntumbu dan Mpaa Manca, kemudian hadrah, Sebelum memasuki aula kantor Desa Maria rombongan tim yang didampingi Asisten Pemerintahan dan Desa, Drs H Abdul Wahab, kembali disambut hangat dengan tari tradisional penyambutan tamu dan Wura Bongi Monca.

Atraksi kesenian tradisional saat menyambut kehadiran tim penilai lomba desa tingkat nasional (Dok Nasir)

Ketua Tim penilai, Drs Imran, mengatakan, berbahagialah warga Desa Maria mendapatkan penghargaan lolos menjadi 10 besar dari 33 duta Provinsi di Indonesia, berhasil menempati yang terbaik di antara 493 Kabupaten di antara 8 ribu lebih Kecamatan. Bahkan, saat ini Desa Maria ada di antara 72.894 Desa di Indonesia. “Ini kesempatan yang langkah  dan diidam-idamkan oleh sekian desa di seluruh Indonesia. Berhasilnya Desa Maria lolos 10 besar bukan merupakan proses yang muda untuk masuk peringkat Nasional,” ujarnya saat menyampaikan sambutan.

Dia menjelaskan, untuk  lolos peringkat nasional itu Desa Maria telah melalui proses seleksi yang ketat mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga berhasil lolos mewakili Provinsi NTB. Kini berhasil lolos sepuluh besar dan saat ini sedang melakukan verifikasi lapangan untuk memilih enam desa terbaik se-Indonesia.“Jika lolos enam besar Kepala Desa akan diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan berbagai keberhasilan di desa,” katanya.
 
Rombongan tim menuju Desa Maria yang diverifikasi lapangan oleh tim penilai pusat (Dok Nasir)
Oleh karena itu, katanya,prestasi yang dicapai ini jangan sampai luntur setelah penilaian ini berakhir. Padahal, prestasi yang dicapai ini dapat dipertahankan hingga beberapa tahun ke depan kembali mampu bersaing untuk lomba yang sama hingga tingkat nasional. Karena persaingan di tingkat nasional makin sedikit pesertannya kian sengit. “Kami berharap pada ajang klarifikasi lapangan ini tolong kami ditunjukkan dan dijelaskan berbagai capaian yang sudah dilakukan desa ini, terutama instrumen yang telah disampaikan kepada tim, semoga bias meraih yang terbaik,” katanya.

Tim juga menyaksikan paparan Kepala Desa Maria, Nurdin HM Saleh mengenai keberhasilan berbagai pembangunan. Usai penerimaan, tim langsung melakukan verifikasi lapangan didamping tim dari desa setempat. (AJI)



 
Copyright © 2014 KM JUNGGE MBOJO
| B-11
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube