Berita Terbaru

Kruw KM Jungge-Mbojo

KOORDINATOR/MOTIVATOR: HM. Nasir Ali TATA LETAK: Joe Ningrat, KOORDINATOR LIPUTAN: Nas Andika, UNIT USAHA: Wukufatul Arafah, PENULIS/KONTRIBUTOR: Wukufatul, HM. Nasir, Awalul Khair, Shafiratul Islamiah,Abdul Hamid, Jufrin, KAMERAMEN: Nas Andika, STAFT IT: Irank Scripter, KONSULTAN/PEMBINA: Camat Wawo, Dishubkominfo Kabupaten Bima, Dishubkominfo Provinsi NTB

Rabu, 29 Oktober 2014

Tertindih Pohon, Sebagian Besar Tubuh Mati Rasa

Derita Nasruddin tidak terkira, tak ada yang peduli akan peristiwa naas yang menimpanya. Ikhtiar petani Desa Maria Kecamatan Wawo merantau ke Sumbawa hendak mengubah nasib, tetapi justru berakhir petaka. Usaha kerasnya untuk mengais rejeki, buat Ramlah istri tercinta dan Laura Putri Wulandari (7 tahun) anak semata wayang melalui berladang di Labuan Jambu Desa Mama Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa, berakhir tragis. Sebagian tubuhnya lumpuh. Bagaimana cerita pilu itu? Berikut rangkuman HM Nasir Ali.

Inilah Nasruddin Hanya Bisa Berbaring di Tempat Tidur. (Foto Nasir)
Selasa sore tanggal 10 Desember 2013, awal ketidakberdayaan Nasruddin dalam menafkahi keluarganya. Sekitar pukul 15.00 WITA, suasana agak mendung, terlihat ada rintik-rintik hujan yang membasahi pondokannya. Nasruddin duduk sendirian dan berpikir apa yang harus diperbuatnya saat itu.

Sekitar pukul 15.30 WITA hujan rintik-rintik tidak terlihat lagi. Dia bergegas keluar pondokannya dan membawa gergaji berantai (chain saw) ingin memotong pohon kasambi (Sambi) di bagian dasar telah tegalan sebagai ladang usaha menanam jagung dan padi. Pohon itu biasanya menjadi sarang monyet yang menghancurkan tanaman.

Hama monyet itu kerap mengganggu petani sejak mulai menanam hingga panen. Karena itu, tekadnya harus memotong pohon itu agar tanamannya aman. Apalagi, kendala utama petani jagung di So Air Mesan Empang Sumbawa itu adalah hama monyet.

“Sebelum menuju pohon Kasambi yang hendak dipotong, dua teman saya Fajrin dan Fikram sempat menanyakan mau kemana. Saya beritahu mau potong pohon kasambi sekitar sungai kecil di bawah,” ujarnya di kediamannya di RT 05 Desa Maria Kecamatan Wawo, Kamis (29/10).
Nasruddin pun mulai memotong pohon Kasambi yang berdiameter sekitar 40 centimeter bercabang dua dengan tinggi pohon sekitar empat meter. Gerigi mesin  nyaris menembus, tetapi pohon itu belum mau tumbang. Suami Ramlah ini kembali memotong pada tempat yang berlawanan dari yang dipotong sebelumnya. 
Akibatnya, ujung batang pohon yang dipotong itu terloncat naik, sedangkan batang pohon yang bercabang dua itu menindis bagian punggungnya. Nasruddin sempat berteriak minta tolong dan beberapa saat kemudiam ada yang menolong.“Saya sempat melihat Fajri dan Fikram datang menolong saya, kemudian saya tidak sadarkan diri hingga sudah berada di Puskesmas Empang,” katanya.

Dia mengaku, setelah berada di pondokannya baru sadar dan merasakan pada bagian pinggangnya terasa pedih seperti tulang-belulangnya telah patah. Dua rekannya dan beberapa teman lain memikulnya hingga ke Desa Mama. Di sana langsung dibawa ke Bima untuk mendapatkan perawatan.

“Hasil Rontgen dari RSUD Bima menjelaskan bahwa bagian tulangnya kejepit syaraf, sehingga sebagian badannya mulai dari pinggang hingga jari-jari kaki langsung mati rasa,” tuturnya.

Maka tidak heran, sebagian badannya sehat, tetap sebagian besar lainnya kaku. Tidak bisa bergerak sedikit pun. Kini tidak bisa tidur telentang, hanya dengan wajah menghadap ke bantal dengan menggerakan badan bagian dada, tangan dan kepalanya, sedangkan lainnya sudah mati rasa.

Dalam kondisi yang tidak berdaya itu, hingga kini belum mendapatkan bantuan dari desa hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima. Bahkan, untuk bantuan beras untuk rakyat miskin (Raskin) saja tidak mendapatkannya.

“Saya hanya bisa pasrah nasib yang saya alami. Jika saya tidak layak dibantu, tetapi anak istri saya butuh makanan dan pakaian,” ucapnya disertai deraian airmata.

Nasruddin mengaku sangat bahagia dalam beberapa hari ini sudah empat kali ditengok oleh Camat Wawo,  Syafruddin Daud, SSos, sedangkan aparat Desa Maria baru duakali. Kesempatan itu bisa mencurahkan isi hatinya (Curhat) agar mereka mau memerhatikan anak dan istrinya.“Saat ini saya hanya menjadi beban keluarga, terutama anak dan istri saya mau merawat saya,” katanya sambil menutup wajahnya tidak kuasa menahan sedih.

Untung saja, kata dia, Anwar dan Nane ayah dan ibunya turut meringankan bebannya, termasuk mendapatkan bantuan Jamkesmas, sehingga untuk kebutuhan obat-obatan bisa terpenuhi.
Nasruddin Ditemani Istri dan Anaknya. (Foto Nasir)
Bagaimana pengakuan  Ramlah? Katanya, kondisi bagian tubuh suaminya mulai dari punggung hingga kaki tidak lagi merasakan apa-apa, tetapi beberapa luka mulai terlihat. Kondisi itu tidak cukup dengan pengobatan seadanya, tetapi membutuhkan penanganan lebih serius.

“Saya hanya bisa pasrah dan berusaha untuk menangani suami, saya berharap terketuk hati pejabat Pemerintah agar mau membantu pengobatan suami saya agar beberapa luka di badannya bisa disembuhkan,” tuturnya.

Ramlah tidak kuasa membendung air bening yang membasahi pipinya. Ibu satu anak ini dengan penuh kasih sayang merawat suami dan anaknya. Namun, Laura anaknya yang baru beberapa bulan masuk kelas I Sekolah Dasar (SD) di Desa Maria mafhum dengan kondisi ayahnya yang tidak berdaya. Bocah itu tidak rewel meminta uang jajan dan lainnya. Keluarganya juga cukup membantu meringankan beban keluarga yang dipikulnya.

Kegalauan hati istri tidak mampu disembunyikan. Wajah ibu itu sembab air mata sedih, meski tetap menampakan ketegaran di depan siapapun yang berkunjung ke rumahnya.

“Ini sebagai bentuk pengabdian saya untuk merawat suami tercinta dan anak saya satu-satunya. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan magfirahnya kepada kami sekeluarga,” katanya. (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 KM JUNGGE MBOJO
| B-11
    Twitter Facebook Google Plus Vimeo Videosmall Flickr YouTube